Pemuda Yang Sopan, Kehilangan Mimpi dan Harus Dideportasi

“Terima kasih”

Ucapnya ketika menerima Earphone penerjemah dari seorang staff pengadilan. Sungguh pemuda yang sopan.

April, di Pengadilan Wilayah Kobe. Seorang mantan peserta magang dari Vietnam duduk di kursi saksi sebagai terdakwa. Satu setengah tahun yang lalu dia melarikan diri dari tempat praktik karena mendapat kekerasan. Hanyut dalam bencana Corona dan akhirnya tertangkap. Mimpinya adalah mempunyai toko di kampung halamannya, tetapi karena overstay di harus dideportasi. Dia ingin berada di jepang, tetapi mengapa harus menjadi seperti ini.

Laki-laki tersebut tetap berada di Jepang bahkan setelah habis masa berlaku ijin tinggal pada bulan Juli tahun lalu. Dan pada bulan Februari tahun ini, dia ditangkap dan dituntut dengan tuduhan Pelanggaran Undang-Undang Keimigrasian dengan menunjukkan kartu tinggal milik orang berbeda di sebuah lembaga keuangan. Keputusannya adalah penjara 1 tahun bulan dengan masa percobaan hukuman. Kemudian dia akan dideportasi ke negaranya.

Di pengadilan, jaksa penuntut menyampaikan “Motif yang egois karena tidak ingin meninggalkan jepang yang dapat menghasilkan uang”. Mengenai pernyataan tersebut, pengacara menjawab “masalah sesungguhnya adalah kondisi jepang yang menggunakan buruh upah rendah untuk mengerjakan pekerjaan yang berat”.

Bagaimana sesungguhnya?

Kami telah melakukan investigasi mengenai keadaan sesungguhnya yang melatarbelakangi kaburnya dia dari tempat kerja. Dan inilah cerita dari orang tersebut.

Saya tinggal di desa yang jauhnya kurang lebih 20 km dari ibukota Hanoi. Jika dilihat dari aplikasi peta di smartphone, hanya hamparan sawah dan bangunan kecil. Saya bukan orang yang kaya, rumahpun sempit. Saya tinggal bersama orang tua dan kakak saya. Saya putuh SMP dan sejak saat itu membantu orang tua di warung makan.

Saya mulai tertarik dengan Jepang mulai tahun 2017 karena kakak saya yang dulunya merupakan ryugakusei. Tetapi karena adanya batas jam kerja pada program ryugaku, maka saya memutuskan untuk mengikuti program magang. Meminjam hampir 800.000 yen (100 juta rupiah) kepada lembaga keuangan untuk membayar ke lembaga pengirim.

Dia mempunyai impian untuk membuka restoran franchise fastfood. Sebuah rencana besar bagi remaja usia 20 tahunan.

Tetapi, impian itu menjadi gelap. “Kepala saya dipukul. Bahu saya dipukul. Pukulannya Keras.” Terjadi beberapa kali dalam seminggu dan berlanjut sampai setengah tahun. Akhirnya saya melarikan diri.

Sumber: https://www.kobe-np.co.jp/news/sougou/202105/0014312313.shtml

search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close